Jumat, 20 November 2009

Ahklak Terpuji

Islam adalah agama yang sempurna yang menganut manusia dalam segala aspeknya. Ajaran Islam bukan hanya menganut hubungan vertikal manusia, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya. Karena itulah, Islam mengajarkan kepada manusia mulai dari cara makan, minum, tidur, sampai bagaimana mengabdi kepada sang khalik. Sejak awal agama Islam telah menanamkan kesadaran akan kewajiban pemeluknya untuk menjaga sopan santun menunjukan karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim.

A. Akhlak Berpakaian
1. Pengertian Akhlak Berpakaian
Pakaian merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana seseorang berada. Pakaian memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan seseorang, guna melindungi tubuh dari semua kemungkinan yang merusak maupun yang menimbulkan rasa sakit.
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan oleh seseorang dalam berbagai ukuran dan modelnya baju, celana, sarung, dll.
Tujuan bersifat khusus artinya pakaian yang dikenakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesusikan dengan situasi dan kondisi pemakaian.
Tujuan bersifat umum lebih berorientasi pada keperluan untuk menutup atau pun melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi.

2. Bentuk Akhlak Berpakaian
Pakaian menurut pandangan Islam dapat dikatagorikan menjadi dua bentuk, yaitu pertama, pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam perkembanganya telah melahir kan kebudayaan bersahaja. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan kebudayaan manusia.
Pakaian dalam pengertian untuk menutup aurat memiliki ketenyuana yang jelas, baik ukuran aurat yang harus ditutup ataupun jenis pakaian yang digunakan untuk menutupnya. Berpakaian menutup aurat juga menjadi bagian integral dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah shalat, haji, dan umroh. Keberadaan pakaian sebagai fungsi perhiasan sangat menonjol dalam kebdayaan, maka akan semakin berkembang pakaian yang dikenakan, baik dari aspek mode, warna, gaya, variasi, maupun mutunya. Dalam kaitanya dengan kebutuhan berpakaian yang baik dan benar Alloh SWT berfirman:


26.Hai anak Adam,Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.


3. Nilai Positif Akhlak Berpakaian
Setiap muslim diperintahkan untuk memakai pakaian yang tidak hanya berfungsi sebagai perhiasan, tetapi harus juga menjaga kesehatan lapisan terluar dari tubuh kita (kulit). Kulit berfungsi sebagai pelindung dari kerusakan-kerusakan fisik karena gesekan, penyinaran kuman-kuman, dan panas zat kimia.Dalam kaitanya dengan pemilihan bahan, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat karena memudah kan terjadinya penguapan keringat dan untuk menjaga suhu kesetabilan tubuh agar tetap normal.Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar berpakaian yang baik dan bagus sesuai dengan kemampuanmasing-masing.Dalam pengertian bahwa pengertian bahwa pakaian tersebut dapatmemenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat, dan keindahan.Terutama, apabila kita akan melakukan ibadah shalat, maka seyognyanya pakaian yang kita pakai itu adalah pakaian yang baik dan bersih (bukan berarti mewah).

4. Membiasakan Akhlak Berpakaian
Islam telah menggariskan aturan-aturan berbusana yang harus ditaati,yakini dalam
Apa yang disebut etika berbusana. Seorang muslim ataupun muslimah dituntut untuk ber- busana sesuai dengan apa yang telah di gariskan dalam aturan. Tidak di benarkan seorang muslim atau muslimah menggunakan busana yang hanya berdasarkan kesenangan, mode, atau adapt yang berlaku di suatu masyarakat, sementara batasan-batasan yang sudah di tentukan agama ditinggalkan.
Sesungguhnya hanya orang munafik yang suka meninggalkan ketentuan berpakai-an yang sudah diatur agama yang diyakini kebenaranya, akibatnya mereka mengabaikan ketentuan akan mendapatkan azab di hadapan Alloh kelak di akhirat.

B. Akhlak Berhias
1. Pengertian Akhlak Berhias
Dalam kehidupan masyarakat modern, berhias sebagai kebutuhan dasar untuk memperelok penampilan diri, baik dilingkungan rumah maupun di luar rumah. Berhias sebagai bentuk ekspresi personal yang menegakan jati diri dan menjadi kebanggaan sese- orang. Secara istilah,berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk dapat mem perindah diridengan berbagai busana, asesoris maupun zat-zat yang dapat memperelok diri bagi pemakainya sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk satu tujuan tertentu.

2. Bentuk Akhlak Berhias
Pada masyarakat yang sudah maju peradabanya, mode berpakaian atau berdandan memperoleh perhatian lebih besar. Berhias dalam pandangan Islam tidak sebatas pada penggunaan pakaian, tetapi menycangkup keseluruhan piranti (alat) aksesoris yang lazim digunakan untuk mempercantik diri, mulai dari kalung, gelang,arloji,anting-anting, dll.
Agama Islam telah memberikan rambu-rambu yang tegas dan agar setiap muslim mengindahkanya kaidah berhias meliputi sebagai berikut:

Niat berhias hanya untuk beribadah, artinya segala bentuk kegiatan berhias diori- entasikan sebagai bentuk syukur atas nikmat dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Alloh.
Setiap muslim juga dilarang berhias dengan memakai symbol-simbol atau alat-alat yang secara khusus digunakan kaum non muslimin (misalnya salib).
Tidak berlebih-lebihan dalam berhias, dalam arti seorang muslim tidak diperboleh kan berhias melebihi kepatutan araupun kelaziman.
Setiap muslim dilarang berhias seperti cara berhiasnya orang-orang jahiliah atau non muslim, yang berhias sesuka hati tanpa mengindahkan tata aturan agama.
Berhias menurut kezaliman atau kepatutan jenis kelamin, artinya seorang muslim dilartang berdandan yang bertentangan dengan kezaliman atau jenis kelamin.
Menghindari brhias untuk keperluan berfoya-foya ataupun ria karena setan lebih suka orang-orang yang berhias berfoya-foya dan ria.

Agama Islam tela berikan batasan-batasan agar manusia tidak tertimpa bencana karena nalurinya sebab sering kali naluri manusia berubah menjadi nafsu liar yang menyesatkan dan akan menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Agama Islam memberikan batasan dalam etika berhias, sebagaiman ditegaskan dalam firman Alloh SWT sebabai berikut:

3. Nilai Positif Akhlak Berhias
Seorang muslim maupun muslimah yang berhias (berdandan) sesuai ketentuan Islam, maka sesungguhnya telah menegaskan jati dirinya sebagai mukim ataupun muslim Mereka telah menampilkan diri sebagai sosok pribadi yang bersahaja yang beribawa dan beribawa sebagai cermin diri yang konsisten dalam berhias secara syariat. Di samping itu, seorang yang berhias secara islami akan merasa nyaman dan percaya diri dengan dandan anya yang telah mendapatkan jaminan halal secara hokum sehingga apa yang sudah dilakukan akan menjadi motivasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesa- manya. Tidak menimbulkan keangkuhan dan kesombongan karena dandanan yang di ke- nakan merupakan perangkap setan yang harus dihindari.

4. Membiasakan Akhlak Berhias
Berhias ataupun (berdandan) merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga dan mengaktualisasikan dirinya menurut tuntututan yang terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam kaitanya kegiatan berhias dengan berdandan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan berba- gai modelmenurut fungsi dan momentumnya. Hal ini sesuai firman Alloh:

31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Q.S. Al-A’raf)




C. Akhlak Perjalanan
1. Pengertian Akhlak Perjalanan
Menurut KBBI, perjalanan diartikan perihal berjalan atau berpergian dari suatu tempat menuju tempat yang lain untuk suatu tujuan. Secara istilah, perjalanan sebagai aktivitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki atau pun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud tertentu.
Sejak masa Rosululloh SAW, melakukan perjalanan sudah menjadi masyarakat Arab. Dalam Al-Qur’an surat Al Quraisy, Alloh mengabdikan tradisi masyarakat Arab yang suka melakukuan perjalanan pada musim tertentu untuk berbagai keperluan. Karena itu, tidak heran Islam sebagai satu-satunya mengatur kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari masa persiapan melakukan perjalanan, ketika masih berada di rumah, selanjutnya pada saat dalam perjalanan, dan ketika sudah kembali pulang dari suatu perjalanan.

2. Bentuk Akhlak Perjalanan
Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang adalah dilakukan bertujuan untuk mencari ridho Alloh. Rosululloh SAW bersabda: Tidak seorang keluar meninggalkan rumahnya, kecuali di pintu rumahnya ada panj. Sebuah ditangan malaikat dan sebuahnya lagi di tangan setan. Kalau tujuanya kepada apa yang diridhoi Alloh, maka dia diikuti Malaikat dengan panjinya sampai dia pulang ke rumah. Apabila tujuanya di murkai Alloh, maka setan dengan panjinya mengikuti sampai dia pulang ke rumahnya.
(H.R. Ahmad)
Sebagai pedoman, Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan, yaitu sebagai berikut:
Bermusyawarahlah dan Shalat Istikharah
Mengembalikan Hak dan Amanat kepada Pemiliknya
Membawa Enam Benda yang disunahkan Rosululloh SAW
Mengajak istri ataupun anggota keluarganya
Wanita tidak boleh pergi seorang diri
Memiliki kawan pendamping yang saleh
Mengangkat pemimpin rombongan
Berpamitan kepada keluarga serta mohon D’oa
Memilih hari kamis dan Shalat dua rakaat sebelum berangkat
Menolong kawan seperjalanan
Tidak lama meninggalkan Istri
Takbir tiga kali dan berdoa
Jangan pulang mendadak
Shalat dua rakaat

3. Nilai positif Akhlak Perjalanan
Imam Gazali berpendapat bahwa bersafarlah, sesungguhnya dalam safar memiliki beragam keuntungan, keuntungan melakukan perjalanan diantaranya sebagai berikut:
Perjalanan dapat menghibur dari kesedihan
Perjalanan dapat menjadi seorang untuk mencari hasil usaha
Perjalanan dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh tambahan Ilmu
Dengan melakukan perjalanan, maka seseorang akan lebih banyak menganal adab
Perjalanan akan dapat menambah kawan yang baik dan mulia

4. Membiasakan Akhlak Berjalan
Biasakan melakukan perjalanan dengan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci, dan jelas agendanya. Perjalanan yang disertai dengan agenda yang jelas, maka semua aktivitas yang dilakukan selama perjalanan akan dapat terlaksana dengan baik.
Sebaiknya, jika suatu perjalanan tanpa adanya agenda yang jelas, maka akan cenderung menyia-nyiakan waktu, biaya ataupun energi, dan bahkan akan membukakan celah bagi setan untuk menyesatkan.
Jika telah usai melakukan perjalanan,bersyukur dan renungkanlah segala hal yang Iditemukan dalam perjalanan. Jadikan semua pengalaman sebagai media untuk meningkat kan kesadaran diri agar lebih baik dan bermanfaat dalam menghadapi ujian.

D. Akhlak Bertamu
1. Pengertian Akhlak Bertamu
Menurut KBBI,bertamu diartikan dating berkunjung ke rumah seorang teman atau
Pun kerabat untuk suatu tujuan ataupun maksud. Secara istilah, bertamu merupakan kegi- atan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain dengan tujuan untuk menja- lin persaudaraan ataupun untuk suatu keperluaan lain dalam rangka menciptakan kebersa-maan dan kemaslahatan bersama.

2. Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah seorang yang bertamu terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Alloh berfirman:

27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Di samping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu di perhati- kan oleh setiap orang yang bertamu sebagai berikut:
Jangan bertamu sembarang waktu
Janganlah terlalu lam
Janganlah melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah tergangu
Kalau disuguhi minumlahatau makanlah hormatilah tamu itu
Hendaklah pamit pada waktu pulang
3. Nilai Positif Akhlak Bertamu
Bertamu sebagai pendekatan terhadap semua orang yang berada dalam wilayah konflik tertentu karean dengan bertamu orang akan semakin terbuka dan bertegur sapa untuk mencari titik temu terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Dengan bertamu, seorang akan melakukan diskusi yang baik sikap sportif, dan elegan terhadap sesamanya.
Bertamu sebagai media berdakwah, meningkatkan kualitas diri setiap muslim. Orang yang bertamu dalam menyampaikan kabar dan kebenaran yang diyakini secara ter- buka, demikian pula tuan rumah dapat memahami kabar dan berita kebenaran yang disam paikan seorang tamu. Karena itu, bertamu dianggap sarana yang efektifuntuk berdakwah dan menciptakan kehidupan masyarakat yang bermartabat.

4. Membiasakan Akhlak Bertamu

28. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.


C. Akhlak Menerina Tamu
1. Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Menurut KBBI, menerima tamu diartikan kedatangan orang-orang bertamu, mela-wat atau berkunjung. Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk menda-patkan rahmat dan rido dari Alloh.

2. Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Islam sebagai agama yang sangat serius dalam memberikan perhatian orang yang sedang bertamu. Sesungguhnya orang yang bertamu telah dijamin hak-haknya dalam Ialam. Karena itu menerima tamu merupakan perintah yang mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat, dan Rosululloh SAW bersabda:

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik dengan tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hen-daklah ia memuliakan tamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik dan diam (H.R. Muslim)

3. Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Setiap orang Islam telah diikat oleh suatu Tata aturan supaya hidup bertetengga dan bersahabat dengan orang lain, sekalipun berbeda agama ataupun suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di antara sesame manusia.
Memuliakan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan kemas-lahatan dari Allah ataupun makhluk Nya karena sesungguhnya orangyang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia ataupun akhirat. Memuliakan tamu dengan peny-ambutan yang menyenangkan dapat membina diri dan menunjukan kepribadian utama.

4. Membiasakan Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu merupakan bagian dari aspek social dalam ajaran Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang baik merupakan cermin diri dan menunjukan kualitas kepribadian seorang muslim. Seorang muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap tamu yang datang dengan penyambutan yang penuh suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita maka tuan rumah harus mengha- dirkan tamu pikiran yang positif terhadap tamu, jangan sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negative dari tuan rumah. Sebagai tuan rumah harus sabar dalam menyambut tamu yang datang apapun keadaanya, pada kenyataanya sering meng-ganggu aktivitas yang sedang kita serius. Jangan sampai seorang tuan rumah menunjukan sikap yang kasar ataupun mengusir tamunya.
Seyogyinya seorang muslim harus menunjukan sikap yang baik terhadap tamunya mulai dari keramahan diri dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan pasarana penyambutan yang memadai, serta memberikan jamuan makan dan minum yang memenu hi selera tamu. Syukur sekali menyediakan hidangan yang lezat yang menjadi kesukaan tamu yang datang. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara baik, maka akan menjadi tolak ukur kemuliaan tuan rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar